Pages

Subscribe:

share

>>>>>>>>>>>

Wednesday, February 11, 2009

Manage the Entire Lifecycle





Tanpa disadari (atau sudah sadar) user (pemakai) alat berat pada saat mereka membeli alat berat (baru / bekas) selain bakal keuntungan yang akan didapat - dari suatu proyek – juga punya konsekuensi kewajiban me-manage alat berat tsb. Hitungannya akan dimulai dari saat Memilih sampai dengan Menjual alat berat setelah alat tsb diputuskan untuk di-Dispose. Ini sering disebut 1 Lifecycle (Entire Lifecycle).


Logika sederhananya, beli sikat gigi pun ada proses manage-nya. Mulai dari memilih – tergantung besar, jumlah gigi dan juga banyaknya sampah yg masuk ke mulut – sampai dengan barang itu kita dispose (tentunya barang bekasnya ga akan ada yg mau beli). Itulah 1 lifecycle dari sikat gigi.


Memanage Lifecycle alat berat tentunya tidak akan sesimpel sikat gigi. Ada banyak Komponen Process Strategies yang terlibat, dan semuanya perlu di Manage (ini agak rumit, saya aja masih belajar). Komponen Process Strategies tadi harus di Manage ( Manage = Process , Manager = Pelaku). Kenapa eh kenapa ??


Yah kalo Process nya nggak di Manage gimana mau Manage Business Strategies nya. Usaha kan mau untung bukan buntung.
Btw ada 12 Process yg harus di Manage (saat ini dan setau saya baru 12).

Friday, February 6, 2009

Performance Management Measurement

Performance Management Alat Berat sebenarnya diukur dalam 2 kategory besar (versi saya) yaitu :
  1. Ketersediaan (Availability) biasa digunakan MA (Mechanical Availability), PA (Physical Availability).

  2. Biaya per Jam (Cost per Hours) dalam rentang waktu tertentu, misal : $. 230.000,00/Hrs dalam 11.999 Hrs.

Kedua pengukuran tsb punya turunan dan Interpretasi masing2. Masing2 tidak bisa berdiri sendiri, misalnya MA dan Utilisasi (U). Bisa saja MA tinggi tapi Utilisasi rendah, interpretasi nya mungkin Fleet tidak sesuai (Match). Di bisnis rental (Rent) MA tinggi Utilisasi rendah sama saja bohong, alias unit banyak standby dan hanya dapat Minimum Hours saja (itu pun kalo bisa nutupin biaya Leasing dll).

Thursday, February 5, 2009

Dealer's View

Saya pernah bekerja pada sebuah perusahaan Dealer alat berat merk terkenal di Indonesia pada salah satu cabang di Sumatera.
Tidak terasa per bulan Mei 2008 masa kerja saya sudah mendekati 8 thn. 8 tahun bekerja dalam bidang Customer Support Agreement, dimana saya terlibat dalam men-dig out resources Customer related dengan usaha Management Alat Berat mereka, dan mencoba mengisi gap dalam management mereka (dengan Agreement tentunya).

Agreement adalah salah satu tools bagi perusahaan untuk "jualan". Dengan kata lain melalui cara yang "konvensional" agak susah men-deliver "Value Added" yang dimiliki oleh Dealer - Dealer harusnya punya value added krn disupport oleh Manufacture-.

Mengapa susah men-deliver Value Added tsb??

Jawabannya : Karena eh karena Customer sendiri tidak bisa melihat "Value" tsb.

Dealer mempunyai banyak orang pintar (scope merk tertentu), mereka adalah analyst, dari mulai Lubricants sampai hal2 yang tidak terpikirkan oleh Customer. Tapi alangkah sayangnya, knowledge tsb tidak sampai ke pengguna (Customer), knowledge tsb hanya milik Dealer. Dari suatu angket yg dilakukan oleh Dealer-ku didapati bahwa mungkin 70 - 80 % Customer bingung menentukan "Measurement" related performance management alat berat milik mereka.

That's why, kesalahan kecil atau small defect dari suatu merk alat berat yg notabene mungkin kesalahan pengguna dalam operasional maupun pemeliharaan menjadi suatu "judgement" bahwa model tertentu merk tertentu adalah "Produk Gagal".
Atau beli spare parts di Dealer sangat mahal, bisa 2 atau 3 kali lipat kalo beli non genuine dengan "bentuk" yang sama.

next disambung lagi>>